PerangBadar - Bacaan kanak-kanak Islam - Zaman Nabi Muhammad SAW - Sejarah Sahabat nabi : Abstrak: Catatan: Bahasa: Indonesia: Bentuk Karya: Bukan fiksi : Target Pembaca: Anak sekolah dasar: Lokasi Akses Online
KEUTAMAAN PARA SAHABAT YANG IKUT PERANG BADARAllah Azza wa Jalla berfirman وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَSungguh Allah telah menolong kalian dalam peperangan Badar, padahal kalian adalah ketika itu lemah. Karena itu, bertakwalah kepada Allah, supaya kalian mensyukuri-Nya. [Ali Imrân/3123]Ketika menjelaskan makna ayat ini, Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan “Yaitu saat terjadi perang Badar yang bertepatan dengan hari Jum’at tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijrah. Hari itu disebut juga Yaumul furqân hari pembedaan antara yang haq dan yang batil-red. Pada hari itu Allah Azza wa Jalla memuliakan Islam dan kaum Muslimin serta menghancurkan kesyirikan serta pendukungnya, padahal jumlah kaum Muslimin yang ikut serta ketika itu sedikit…” . Allah Azza wa Jalla memuliakan rasul-Nya dan memenangkan wahyu-Nya; Allah Azza wa Jalla ceriakan wajah rasul-Nya serta pengikutnya; Allah Azza wa Jalla sengsarakan setan dan pengekornya. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla mengingatkan bahwa Allah Azza wa Jalla telah menolong kamu dalam peperangan Badar, maksudnya jumlah kalian sedikit, supaya mereka menyadari bahwa kemenangan itu semata-mata anugerah dari Allah Azza wa Jalla bukan karena kuantitas ataupun persiapan yang matang. Oleh karena itu dalam ayat lain, Allah Azza wa Jalla berfirman وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًاDan Ingatlah pada peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada kalian sedikitpun. [at-Taubah/925]Itulah sekilas tentang peristiwa Perang Badar yang Allah Azza wa Jalla abadikan dalam al-Qur’ân. Ayat ini juga dibawakan oleh Imam Bukhâri dalam kitab shahîh beliau rahimahullah tentang perang Badar.[1]Keutamaan Para Sahabat Yang Ikut Serta Dalam Perang Badar. 1. Mereka Termasuk Umat Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Terbaik. Imam Bukhâri membawakan sebuah riwayat dari Rifâ’ah, salah seorang Sahabat yang ikut serta dalam perang Badar. Rifâ’ah Radhiyallahu anhu mengatakan bahwa Jibril Alaihissallam mendatangi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan bertanya “Bagaimana kalian memandang orang-orang yang ikut sserta dalam perang Badar?” Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Mereka termasuk kaum Muslimin yang terbaik.” atau kalimat yang seperti itu. Jibril Alaihissallam mengatakan “Begitu juga para malaikat yang ikut dalam Perang Badar.” [HR Bukhâri, Kitâbul Maghâzi, 9/56, no. 3992]Sementara, ada juga di antara para Sahabat yang mengatakan lebih suka ikut serta dalam Bai’atul Aqabah daripada perang Badar. Ibnu Hajar rahimahullah ketika menjelaskan perkataan tentang hal ini-red dari salah seorang Sahabat yang bernama Rafi’orang tua Rifâ’ah Radhiyallahu anhuma, mengatakan “Yang nampak, Râfi bin Mâlik Radhiyallahu anhu tidak mendengar penjelasan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang keutamaan para Sahabat yang ikut andil dalam Perang Badar dibandingkan dengan para Sahabat lainnya. Sehingga, beliau Radhiyallahu anhu mengucapkan perkataan itu berdasarkan ijtihâd beliau Radhiyallahu anhu. Râfi Radhiyallahu anhu memandang bahwa Bai’atul Aqabah merupakan titik awal pertolongan Islam dan merupakan penyebab hijrah, sehingga memungkinkan untuk bersiap-siap melakukan peperangan.[2]2. Dosa-Dosa Mereka Diampuni. Enam tahun setelah peristiwa Perang Badar, ada sebuah peristiwa yang sempat membuat Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu geram dan meminta agar diidzinkan membunuh orang dianggap pengkhianat oleh Umar Radhiyallahu anhu. Namun permintaan ini ditolak oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan perkataan Umar Radhiyallahu anhu diingkari oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . Kisah ini diceritakan oleh Ali bin Abi Thâlih Radhiyallahu anhu. Beliau Radhiyallahu anhu mengatakan “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengutus kami yaitu aku, Zubair dan Miqdâd. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada kami “Pergilah kalian ke daerah Raudhah Khakh! Di sana ada seorang wanita yang sedang membawa sepucuk surat. ambillah surat tersebut !” Lalu kami berangkat, kuda kami berlari kencang membawa kami. Lalu bertemulah kami dengan wanita yang dimaksudkan oleh Rasulullah itu. Kami berkata kepada wanita itu “Keluarkanlah surat yang sedang engkau bawa-pent !” Perempuan itu mengelak “Aku tidak membawa surat.” Kami berkata lagi “Keluarkanlah surat itu atau kamu harus menanggalkan pakaianmu!” Akhirnya ia mengeluarkan surat itu dari sela-sela kepangan rambutnya. Kemudian kami membawa surat itu kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Ternyata surat itu dari Hâthib bin Abu Balta’ah untuk orang-orang musyrik di kota Mekah. Dia memberitahukan beberapa rencana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepada Hâthib “Wahai Hâthib apa ini ?” Hâthib menjawab “Jangan terburu menghukumi telah kafir[3] , wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku dahulu adalah seorang yang akrab dengan orang-orang Quraisy.” Sufyân salah seoang yang membawakan riwayat ini-pent menjelaskan “Ia pernah bersekutu dengan mereka meskipun dia bukan berasal dari Quraisy.” Hathib bin Abi Balta’ah melanjutkan pembelaan dirinya-pent “Para Muhajirin yang ikut bersamamu mempunyai kerabat yang dapat melindungi keluarga mereka di Mekah. Dan karena aku tidak mempunyai nasab di tengah-tengah mereka, aku ingin memiliki jasa untuk mereka sehingga dengan demikian mereka mau melindungi keluargaku. Aku melakukan ini bukan karena kekufuran, bukan karena murtad, bukan pula karena aku rela dengan kekufuran setelah memeluk Islam.” Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Dia benar.” Umar Radhiyallahu anhu mengatakan “Wahai Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, biarkanlah aku memenggal leher orang munafik ini!” Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Sesungguhnya dia telah ikut serta dalam perang Badar dan kamu tidak tahu barangkali Allah telah melihat kepada para Sahabat yang ikut serta dalam Perang Badar lalu berfirman “Perbuatlah sesuka kalian karena sesungguhnya Aku telah mengampuni kalian !” Kemudian Allah Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ ۙ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي ۚ تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِWaihai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka berita-berita Muhammad, karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu. Mereka mengusir Rasul dan mengusir kamu karena kamu beriman kepada Allah, Rabbmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku janganlah kamu berbuat demikian. Kamu memberitahukan secara rahasia berita-berita Muhammad kepada mereka, karena rasa kasih sayang sementara Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nampakkan. Barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. [al-Mumtahanah/601][4]Penyusun kitab Tuhfatul Ahwadzi mengatakan “Tarajjiy ungkapan semoga atau barangkali dalam firman Allah Azza wa Jalla dan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam itu untuk suatu yang pasti terjadi ” [5]Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan “Ada kesulitan dalam memahami perkataan “Berbuatlah sekehendak kalian!”; dzâhir ucapan ini menunjukkan kebolehan melakukan apa saja, dan ini bertentangan dengan ikatan syari’at. Anggapan ini dibantah dengan mengatakan bahwa maksud perkataan itu adalah pemberitahuan tentang suatu yang telah lewat artinya semua perbuatan yang telah kalian lakukan itu telah diampuni. Ini dikuatkan dengan gaya pengungkapannya-pent, seandainya itu untuk perbuatan-perbuatan di masa yang akan datang, tentu Allah Azza wa Jalla tidak menggunakan kata kerja bentuk lampau yaitu Aku telah ampuni-pent dan tentu Allah Azza wa Jalla mengatakan “Aku akan ampuni kalian.” Pendapat ini dibantah lagi, seandainya ini untuk masa yang telah lewat tentu ungkapan ini tidak bisa dijadikan dalil bagi kisah Hâthib. Karena ucapan ini diucapkankan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kepada Umar Radhiyallahu anhu sebagai pengingkaran beliau Shallallahu alaihi wa sallam terhadap perkataan Umar Radhiyallahu anhu dalam masalah Hâthib Radhiyallahu anhu, dan kisah ini terjadi enam tahun setelah perang Badar. Ini menunjukkan bahwa maksud hadits di atas adalah pengampunan di masa yang akan datang. Pengungkapannya dengan menggunakan kata kerja bentuk lampau sebagai bentuk penekanan bahwa itu benar-benar akan juga yang mengatakan “Kata kerja bentuk perintah, “Berbuatlah sekehendak kalian!” itu adalah bentuk pemuliaan. Maksudnya mereka tidak akan disiksa akibat perbuatan yang mereka lakukan setelah perang Badar. Ini merupakan keistimewaan bagi mereka karena mereka telah mengalami kondisi sulit yang menyebabkan dosa-dosa mereka terhapuskan dan berhak mendapatkan pengampunan dari Allah Azza wa Jalla.[6]Para Ulama sepakat bahwa kabar gembira yang disebutkan ini berkaitan dengan hukum-hukum akhirat, bukan hukum-hukum dunia seperti pelaksanaan had dan lain sebagainya.[7] Sebagaimana yang terjadi pada Qudâmah bin Mazh’ûn, salah seorang Sahabat yang ikut serta dalam Perang Badar kemudian minum khamer pada masa pemerintahan Umar Radhiyallahu anhu sehingga Qudâmah dikenai hukuman Mereka Termasuk Penghuni Surga. Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu menceritakan bahwa Haritsah bin Suraqah gugur dalam Perang Badar. Kemudian, ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kembali ke Madinah, ibu Haritsah datang menghadap Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan mengatakan “Wahai Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam , anda sudah tahu kedudukan Haritsah dalam diriku. Kalau ia berada dalam surga, saya pasti bisa sabar dan akan tabah, tetapi kalau tidak, maka engkau akan melihat apa akan saya perbuat!”Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Celakalah engkau, apakah surga itu hanya satu ? Sesungguhnya surga itu banyak dan sesungguhnya Haritsah itu berada di surga Firdaus.” [HR Bukhâri, al-Fathu 9/45, no. 3982]Dalam riwayat Imam Ahmad dengan sanad yang sesuai dengan syarat Imam Muslim dari hadits Jâbir, ditegaskan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaلَنْ يَدْخُلَ النَّارَ أَحَدٌ شَهِدَ بَدْرًاYang ikut serta dalam Perang Badar tidak akan masuk neraka [8]Inilah beberapa keistimewaan para Sahabat yang ikut serta dalam Perang Badar. Keistimewaan-keistimewaan ini disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . Maka, hendaklah kita berhati-hati dan menjaga lisan kita agar tidak mengomentari para Sahabat dengan komentar-komentar yang buruk, apalagi mereka yang ikut serta dalam Perang Badar. Cukuplah pengingkaran Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam terhadap perkataan Umar Radhiyallahu anhu sebagai peringatan bagi – Fathul Bâri, Dâr Tîbah, Cet. Pertama tahun 1426 H/2005 M – Tafsir Qur’ânil Azhîm, karya Abul Fidâ’ Ismâil Ibnu Katsîr, Maktabah Dârul Faiha dan Maktabah Dârus salâm, Cet. Kedua, tahun 1417 H/1998 M – Tuhfatul Ahwaziy, Dârul Fikr[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06-07/Tahun XIII/1430H/2009. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016] _______ Footnote [1]. Al-Fath, 9/14 [2]. Al-Fath, 9/57-58 [3]. Tuhfatul Ahwazy, 9/200 [4]. HR Bukhâri, no. 3983 dan 4274, Muslim serta yang lainnya [5]. Lihat tuhfatul Ahwadzy, 9/201 [6]. Al-Fath, 9/46 [7]. Al-Fath, 9/47 [8]. Al-Fath, 9/46 Home /B2. Topik Bahasan3 Sejarah.../Keutamaan Para Sahabat Yang...
Darisini nanti akan ketahuan siapa santri yang memiliki jiwa pemimpin,” kata Dadan pada Ahad (11/3). Dadan Menuturkan, Badar Games adalah salah satu permainan yang dipilih untuk membangun jiwa kepemimpinan. Melalui simulasi perang badar ini, banyak hikmah yang bisa didapatkan.
JAKARTA - Dalam detik-detik menjelang kekalahan kaum kafir dalam perang Badar, Abu Jahal mencoba mencari cara dalam melawan kaum Muslim. Terlebih ia telah melihat tanda-tanda kebimbangan menghantui barisan kaum musyrikin. Syekh Shafiyyurrahman dalam kitab Sirah Nabawiyah menjelaskan, Abu Jahal berusaha bersikap tegar dan menggugah semangat pasukannya. Dengan sisa-sisa kecongkakan dan keangkuhannya, dia berkata, “Janganlah sekali-kali sikap Suraqah yang pengecut di hadapan kalian membuat kalian menjadi kalah. Sebab sebenarnya dia terikat perjanjian dengan Muhammad,”. Abu Jahal melanjutkan, “Dan janganlah sekali-kali terbunuhnya Utbah, Syaibah, dan Al-Walid membuat kalian takut. Toh mereka sudah mati mendahului kita. Demi Lata dan Uzza, kita tidak akan kembali sebelum dapat membelenggu mereka. Jika aku tidak mendapatkan seseorang di antara kalian yang terbunuh, maka ambilah dia, agar kita bisa mengetahui keadaan yang menimpanya,”. Tetapi belum seberapa lama ucapannya yang menunjukkan kecongkakannya itu selesai, barisannya sudah dibuat kocar-kacir karena serangan gencar pasukan Muslimin. Memang di sekitarnya masih tersisa beberapa orang musyrik yang terus menyabetkan pedang dan menghujamkan tombak. Namun, semua itu tidak banyak berarti menghadapi gempuran orang-orang Muslimin. Pada saat itulah sosok Abu Jahal sudah tampak jelas di hadapan orang-orang Muslim. Dia berputar-putar menaiki kudanya, seakan-alan kematian sudah menunggunya dan sudah siap menyedot darahnya lewat tangan dua pemuda Anshar. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
komikAHAD - PERANG BADAR di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan.loading...Abu Jahal adalah penyulus perang Badar dan dia akhirnya tewas dalam perang tersebut. Foto/Ilustrasi Ist Permusuhan Abu Jahal kepada Rasulullah SAW mencapai puncaknya pada saat Perang Badar . Dia menjadi pengobar semangat perang kaum Quraisy . Akhirnya, dia terbunuh dalam perang ini. Sebelum berangkat ke Badar, terjadi friksi di tubuh pasukan Quraisy. Sebagian pihak melihat urgensi perang itu sudah tidak ada lagi karena ltujuan mereka sebenarnya adalah mengamankan kafilah dagang Abu Sufyan yang saat itu sudah selamat sampai di Mekkah. Namun, di pihak lain, Abu Jahal dan pemuka Quraisy yang lain berpendapat bahwa momen tersebut sangat tepat untuk memberi pelajaran kepada kaum tidak tahan lagi karena merasa dianggap remeh oleh kekuatan kaum Muslim yang dulu lemah dan terusir dari mereka. Mereka merasa harga diri mereka telah diinjak-injak oleh Rasulullah Saw. dan para pengikutnya. Baca Juga Melihat perbedaan tersebut, Abu Jahal menggunakan lidahnya yang tajam untuk menyulut semangat juang dan mengobarkan semangat tempur kaum Quraisy. Bahkan, dia tak segan-segan mengucapkan kata-kata sinis kepada Umayyah ibn Khalaf yang merupakan salah seorang tokoh Quraisy karena berada di pihak yang tidak ingin berangkat perang. Beberapa waktu sebelum berangkat ke Badar, Abu Jahal bersama 'Uqbah ibn Abi Mu'aith sempat menyambangi Umayyah. Abu Jahal datang membawa celak dan pemalitnya, sedangkan 'Uqbah membawa tempat kemenyan dan api. Abu Jahal dan Uqbah tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk memantik semangat berperang Umayyah dan membuatnya berbalik arah. Setelah menaruh perapian kemenyan itu di hadapan Umayyah, 'Uqbah berujar meledek, “Abu Ali, pakailah perapian ini karena engkau perempuan." Abu Jahal pun tak mau kalah. Dia juga berkata dengan sinis, “Bercelaklah, Abu 'Ali, karena engkau perempuan." Tersulut dengan ejekan Abu Jahal dan Uqbah, Umayyah pun langsung minta dibelikan unta yang paling baik untuk digunakannya berangkat ke medan perang." Abu Jahal pasti tidak menyangka bahwa keberangkatannya ke medan Perang Badar merupakan malapetaka besar dalam hidupnya. Pasukan Quraisy menghadapi kekalahan dan dia tewas dalam perang itu. Sebagai seorang musuh yang terkenal dengan kebenciannya kepada Rasulullah SAW, Abu Jahal menjadi incaran saat Perang Badar. Abdurrahman ibn 'Auf berkata betapa semangatnya para sahabat berjuang untuk memberi pelajaran kepada musuh Allah, terutama Abu Jahal, musuh Islam paling nyata. Baca Juga Abdurrahman ibn 'Auf mengisahkan, suatu ketika, saat sedang berada di tengah-tengah pasukan Perang Badar, aku melirik ke kanan dan kiri dan melihat dua orang remaja Anshar yang masih sangat belia. Aku berangan-angan, seandainya aku sekuat salah seorang di antara mereka. Salah seorang dari mereka kemudian memberi isyarat dan bertanya, "Paman, apakah paman kenal dengan Abu Jahal?” Lalu Abdurrahman ibn 'Auf menjawab, "Ya. Apa urusan kalian berdua dengannya?" Kemudian, salah seorang di antara mereka berkata, “Aku dengar dia mencaci maki Rasulullah SAW. Demi Zat yang menggenggam jiwa, jika melihatnya, aku tak akan berpisah satu sama lain sampai salah satu dari kami tewas lebih cepat daripada yang lain." Abdurrahman ibn 'Auf mengaku kaget mendengar kata-kata remaja itu. Temannya pun memberi isyarat dan mengatakan hal yang sama. Tak berapa lama, Abu Jahal terlihat oleh Abdurrahman ibn 'Auf sedang berputar-putar di tengah kerumunan. Kemudian, ia berkata kepada kedua remaja itu,"'Kalian lihat? Itulah orang yang kalian tanyakan tadi."Dalam Perang Badar, Abu Jahal baru terjun ke medan perang saat perang telah berkecamuk dan kedua pasukan sudah sama-sama menyerbu. Namun, kedua remaja yang dikisahkan “Abdurrahman tersebut berhasil membunuh Abu Jahal. Usai melaksanakan tugas mulia itu, mereka melapor kepada Rasulullah SAW.Ketikaperang Uhud, awal mulanya tentara Quraisy melakukan persiapan penggalangan dana. Himmah/kemauan mereka sangat kuat, yaitu membalas kekalahan mereka di Perang Badar. Tak urung hasil penggalangan dana ini berhasil menghimpun dana partisipasi publik Quraisy. Tidak kurang dari 1000 unta dan 1500 dinar uang terkumpul di awal kali Home Hikmah Senin, 11 Mei 2020 - 0815 WIBloading... Perang Badar Al-Kubra merupakan peristiwa besar bersejarah yang menentukan masa depan Islam dan kaum muslimin. Foto Ilustrasi/Ist A A A Perang Badar Al-Kubra غزوة بدر merupakan peristiwa besar bersejarah yang menentukan masa depan Islam dan kaum muslimin. Perang ini terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijriyah 13 Maret 624 Masehi dan dikenal sebagai perang ideologi bertemunya dua kekuatan yaitu pasukan muslim dengan kafir Quraisy. Sebanyak 313 pasukan muslim yang merupakan orang-orang terbaik mengalahkan pasukan kafir Quraisy yang berjumlah orang. Al-Qur'an menamakan peristiwa itu dengan Yaumul Furqan hari pembeda yaitu hari bertemunya 2 pasukan. Inilah karunia besar Allah untuk kaum muslimin. Baca Juga Perang Badar 1 Menguji Kesetiaan Kaum Anshar Dalam Kitab Ar-Rahiqul Makhtum Sirah Nabawiyah karya Syeikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri dijelaskan, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam hanya membawa 313 pasukan muslim di perang Badar , perang yang terjadi di lembah bernama Badar antara Makkah dan Madinah. Rinciannya, 82 sahabat muhajirin, 61 orang dari suku Aus, dan 170 dari suku Badr pejuang perang Badar radhiallahu 'anhum adalah orang-orang paling mulia afdhol sebagaimana dikatakan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam SAW. Dalam Al-Qur'an, Allah Ta'ala berfirmanكَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ"…Betapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." QS. Al Baqarah 249. Baca Juga Perang Badar 2 Bukti Dahsyatnya Kekuatan Doa dan Keyakinan Dalam riwayat Imam Ahmad dengan sanad yang sesuai syarat Imam Muslim dari hadis Jabir, ditegaskan bahwa Rasulullah SAW bersabdaلَنْ يَدْخُلَ النَّارَ أَحَدٌ شَهِدَ بَدْرًا"Yang ikut serta dalam Perang Badar tidak akan masuk neraka". Al-Fath, 9/46. Baca Juga Inilah Penyebab Terjadinya Perang Badar Al-Kubra Adapun sahabat Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu walaupun tidak ikut dalam pertempuran itu,Rasulullah SAW tetap memberinya bagian dari harta rampasan perang. Nabi memerintahkan Utsman di rumah untuk menjaga istrinya yang juga putri Rasulullah kala itu sedang sakit. Berikut Nama 313 Pejuang Perang Badar 1. Sayyiduna Muhammad Rasulullah Abu Bakar as-Shiddiq رضي الله عنه3. Umar bin al-Khattab رضي الله عنه4. Utsman bin Affan رضي الله عنه5. Ali bin Abu Tholib رضي الله عنه6. Talhah bin Ubaidillah رضي الله عنه7. Bilal bin Rabbah رضي الله عنه8. Hamzah bin Abdul Muttolib رضي الله عنه9. Abdullah bin Jahsyi رضي الله عنه10. Al-Zubair bin al-Awwam رضي الله عنه11. Mus’ab bin Umair bin Hasyim رضي الله عنه12. Abdur Rahman bin Auf رضي الله عنه13. Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه14. Sa’ad bin Abi Waqqas رضي الله عنه15. Abu Kabsyah al-Faris رضي الله عنه16. Anasah al-Habsyi رضي الله عنه17. Zaid bin Harithah al-Kalbi رضي الله عنه18. Marthad bin Abi Marthad al-Ghanawi رضي الله عنه19. Abu Marthad al-Ghanawi رضي الله عنه20. Al-Husain bin al-Harith bin Abdul Muttolib رضي الله عنه21. Ubaidah bin al-Harith bin Abdul Muttolib رضي الله عنه22. Al-Tufail bin al-Harith bin Abdul Muttolib رضي الله عنه23. Mistah bin Usasah bin Ubbad bin Abdul Muttolib رضي الله عنه24. Abu Huzaifah bin Utbah bin Rabi’ah رضي الله عنه25. Subaih maula Abi Asi bin Umaiyyah رضي الله عنه26. Salim maula Abu Huzaifah رضي الله عنه27. Sinan bin Muhsin رضي الله عنه28. Ukasyah bin Muhsin رضي الله عنه29. Sinan bin Abi Sinan رضي الله عنه30. Abu Sinan bin Muhsin رضي الله عنه31. Syuja’ bin Wahab رضي الله عنه32. Utbah bin Wahab رضي الله عنه33. Yazid bin Ruqais رضي الله عنه34. Muhriz bin Nadhlah رضي الله عنه35. Rabi’ah bin Aksam رضي الله عنه36. Thaqfu bin Amir رضي الله عنه37. Malik bin Amir رضي الله عنه38. Mudlij bin Amir رضي الله عنه39. Abu Makhsyi Suwaid bin Makhsyi al-To’i رضي الله عنه40. Utbah bin Ghazwan رضي الله عنه41. Khabbab maula Utbah bin Ghazwan رضي الله عنه42. Hathib bin Abi Balta’ah al-Lakhmi رضي الله عنه43. Sa’ad al-Kalbi maula Hathib رضي الله عنه44. Suwaibit bin Sa’ad bin Harmalah رضي الله عنه45. Umair bin Abi Waqqas رضي الله عنه46. Al-Miqdad bin Amru رضي الله عنه47. Mas’ud bin Rabi’ah رضي الله عنه48. Zus Syimalain Amru bin Amru رضي الله عنه49. Khabbab bin al-Arat al-Tamimi رضي الله عنه50. Amir bin Fuhairah رضي الله عنه51. Suhaib bin Sinan رضي الله عنه52. Abu Salamah bin Abdul Asad رضي الله عنه53. Syammas bin Uthman رضي الله عنه54. Al-Arqam bin Abi al-Arqam رضي الله عنه55. Ammar bin Yasir رضي الله عنه56. Mu’attib bin Auf al-Khuza’i رضي الله عنه57. Zaid bin al-Khattab رضي الله عنه58. Amru bin Suraqah رضي الله عنه59. Abdullah bin Suraqah رضي الله عنه60. Sa’id bin Zaid bin Amru رضي الله عنه61. Mihja bin Akk maula Umar bin al-Khattab رضي الله عنه62. Waqid bin Abdullah al-Tamimi رضي الله عنه63. Khauli bin Abi Khauli al-Ijli رضي الله عنه64. Malik bin Abi Khauli al-Ijli رضي الله عنه65. Amir bin Rabi’ah رضي الله عنه66. Amir bin al-Bukair رضي الله عنه67. Aqil bin al-Bukair رضي الله عنه68. Khalid bin al-Bukair رضي الله عنه69. Iyas bin al-Bukair رضي الله عنه70. Uthman bin Maz’un رضي الله عنه71. Qudamah bin Maz’un رضي الله عنه72. Abdullah bin Maz’un رضي الله عنه73. Al-Saib bin Uthman bin Maz’un رضي الله عنه74. Ma’mar bin al-Harith رضي الله عنه75. Khunais bin Huzafah رضي الله عنه76. Abu Sabrah bin Abi Ruhm رضي الله عنه77. Abdullah bin Makhramah رضي الله عنه78. Abdullah bin Suhail bin Amru رضي الله عنه79. Wahab bin Sa’ad bin Abi Sarah رضي الله عنه80. Hatib bin Amru رضي الله عنه81. Umair bin Auf رضي الله عنه82. Sa’ad bin Khaulah رضي الله عنه83. Abu Ubaidah Amir al-Jarah رضي الله عنه84. Amru bin al-Harith رضي الله عنه85. Suhail bin Wahab bin Rabi’ah رضي الله عنه86. Safwan bin Wahab رضي الله عنه87. Amru bin Abi Sarah bin Rabi’ah رضي الله عنه88. Sa’ad bin Muaz رضي الله عنه89. Amru bin Muaz رضي الله عنه90. Al-Harith bin Aus رضي الله عنه91. Al-Harith bin Anas رضي الله عنه92. Sa’ad bin Zaid bin Malik رضي الله عنه93. Salamah bin Salamah bin Waqsyi رضي الله عنه94. Ubbad bin Waqsyi رضي الله عنه95. Salamah bin Thabit bin Waqsyi رضي الله عنه96. Rafi’ bin Yazid bin Kurz رضي الله عنه97. Al-Harith bin Khazamah bin Adi رضي الله عنه98. Muhammad bin Maslamah al-Khazraj رضي الله عنه99. Salamah bin Aslam bin Harisy رضي الله عنه100. Abul Haitham bin al-Tayyihan رضي الله عنه101. Ubaid bin Tayyihan رضي الله عنه102. Abdullah bin Sahl رضي الله عنه103. Qatadah bin Nu’man bin Zaid رضي الله عنه104. Ubaid bin Aus رضي الله عنه105. Nasr bin al-Harith bin Abd رضي الله عنه106. Mu’attib bin Ubaid رضي الله عنه107. Abdullah bin Tariq al-Ba’lawi رضي الله عنه108. Mas’ud bin Sa’ad رضي الله عنه109. Abu Absi Jabr bin Amru رضي الله عنه110. Abu Burdah Hani’ bin Niyyar al-Ba’lawi رضي الله عنه111. Asim bin Thabit bin Abi al-Aqlah رضي الله عنه112. Mu’attib bin Qusyair bin Mulail رضي الله عنه113. Abu Mulail bin al-Az’ar bin Zaid رضي الله عنه114. Umair bin Mab’ad bin al-Az’ar رضي الله عنه115. Sahl bin Hunaif bin Wahib رضي الله عنه116. Abu Lubabah Basyir bin Abdul Munzir رضي الله عنه117. Mubasyir bin Abdul Munzir رضي الله عنه118. Rifa’ah bin Abdul Munzir رضي الله عنه119. Sa’ad bin Ubaid bin al-Nu’man رضي الله عنه120. Uwaim bin Sa’dah bin Aisy رضي الله عنه121. Rafi’ bin Anjadah رضي الله عنه122. Ubaidah bin Abi Ubaid رضي الله عنه123. Tha’labah bin Hatib رضي الله عنه124. Unais bin Qatadah bin Rabi’ah رضي الله عنه125. Ma’ni bin Adi al-Ba’lawi رضي الله عنه126. Thabit bin Akhram al-Ba’lawi رضي الله عنه127. Zaid bin Aslam bin Tha’labah al-Ba’lawi رضي الله عنه128. Rib’ie bin Rafi’ al-Ba’lawi رضي الله عنه129. Asim bin Adi al-Ba’lawi رضي الله عنه130. Jubr bin Atik رضي الله عنه131. Malik bin Numailah al-Muzani رضي الله عنه132. Al-Nu’man bin Asr al-Ba’lawi رضي الله عنه133. Abdullah bin Jubair رضي الله عنه134. Asim bin Qais bin Thabit رضي الله عنه135. Abu Dhayyah bin Thabit bin al-Nu’man رضي الله عنه136. Abu Hayyah bin Thabit bin al-Nu’man رضي الله عنه137. Salim bin Amir bin Thabit رضي الله عنه138. Al-Harith bin al-Nu’man bin Umayyah رضي الله عنه139. Khawwat bin Jubair bin al-Nu’man رضي الله عنه140. Al-Munzir bin Muhammad bin Uqbah رضي الله عنه141. Abu Uqail bin Abdullah bin Tha’labah رضي الله عنه142. Sa’ad bin Khaithamah رضي الله عنه143. Munzir bin Qudamah bin Arfajah رضي الله عنه144. Tamim maula Sa’ad bin Khaithamah رضي الله عنه145. Al-Harith bin Arfajah رضي الله عنه146. Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair رضي الله عنه147. Sa’ad bin al-Rabi’ bin Amru رضي الله عنه148. Abdullah bin Rawahah رضي الله عنه149. Khallad bin Suwaid bin Tha’labah رضي الله عنه150. Basyir bin Sa’ad bin Tha’labah رضي الله عنه151. Sima’ bin Sa’ad bin Tha’labah رضي الله عنه152. Subai bin Qais bin Isyah رضي الله عنه153. Ubbad bin Qais bin Isyah رضي الله عنه154. Abdullah bin Abbas رضي الله عنه155. Yazid bin al-Harith bin Qais رضي الله عنه156. Khubaib bin Isaf bin Atabah رضي الله عنه157. Abdullah bin Zaid bin Tha’labah رضي الله عنه158. Huraith bin Zaid bin Tha’labah رضي الله عنه159. Sufyan bin Bisyr bin Amru رضي الله عنه160. Tamim bin Ya’ar bin Qais رضي الله عنه161. Abdullah bin Umair رضي الله عنه162. Zaid bin al-Marini bin Qais رضي الله عنه163. Abdullah bin Urfutah رضي الله عنه164. Abdullah bin Rabi’ bin Qais رضي الله عنه165. Abdullah bin Abdullah bin Ubai رضي الله عنه166. Aus bin Khauli bin Abdullah رضي الله عنه167. Zaid bin Wadi’ah bin Amru رضي الله عنه168. Uqbah bin Wahab bin Kaladah رضي الله عنه169. Rifa’ah bin Amru bin Amru bin Zaid رضي الله عنه170. Amir bin Salamah رضي الله عنه171. Abu Khamishah Ma’bad bin Ubbad رضي الله عنه172. Amir bin al-Bukair رضي الله عنه173. Naufal bin Abdullah bin Nadhlah رضي الله عنه174. Utban bin Malik bin Amru bin al-Ajlan رضي الله عنه175. Ubadah bin al-Somit رضي الله عنه176. Aus bin al-Somit رضي الله عنه177. Al-Nu’man bin Malik bin Tha’labah رضي الله عنه178. Thabit bin Huzal bin Amru bin Qarbus رضي الله عنه179. Malik bin Dukhsyum bin Mirdhakhah رضي الله عنه180. Al-Rabi’ bin Iyas bin Amru bin Ghanam رضي الله عنه181. Waraqah bin Iyas bin Ghanam رضي الله عنه182. Amru bin Iyas رضي الله عنه183. Al-Mujazzar bin Ziyad bin Amru رضي الله عنه184. Ubadah bin al-Khasykhasy رضي الله عنه185. Nahhab bin Tha’labah bin Khazamah رضي الله عنه186. Abdullah bin Tha’labah bin Khazamah رضي الله عنه187. Utbah bin Rabi’ah bin Khalid رضي الله عنه188. Abu Dujanah Sima’ bin Kharasyah رضي الله عنه189. Al-Munzir bin Amru bin Khunais رضي الله عنه190. Abu Usaid bin Malik bin Rabi’ah رضي الله عنه191. Malik bin Mas’ud bin al-Badan رضي الله عنه192. Abu Rabbihi bin Haqqi bin Aus رضي الله عنه193. Ka’ab bin Humar al-Juhani رضي الله عنه194. Dhamrah bin Amru رضي الله عنه195. Ziyad bin Amru رضي الله عنه196. Basbas bin Amru رضي الله عنه197. Abdullah bin Amir al-Ba’lawi رضي الله عنه198. Khirasy bin al-Shimmah bin Amru رضي الله عنه199. Al-Hubab bin al-Munzir bin al-Jamuh رضي الله عنه200. Umair bin al-Humam bin al-Jamuh رضي الله عنه201. Tamim maula Khirasy bin al-Shimmah رضي الله عنه202. Abdullah bin Amru bin Haram رضي الله عنه203. Muaz bin Amru bin al-Jamuh رضي الله عنه204. Mu’awwiz bin Amru bin al-Jamuh رضي الله عنه205. Khallad bin Amru bin al-Jamuh رضي الله عنه206. Uqbah bin Amir bin Nabi bin Zaid رضي الله عنه207. Hubaib bin Aswad رضي الله عنه208. Thabit bin al-Jiz’i رضي الله عنه209. Umair bin al-Harith bin Labdah رضي الله عنه210. Basyir bin al-Barra’ bin Ma’mur رضي الله عنه211. Al-Tufail bin al-Nu’man bin Khansa’ رضي الله عنه212. Sinan bin Saifi bin Sakhr bin Khansa’ رضي الله عنه213. Abdullah bin al-Jaddi bin Qais رضي الله عنه214. Atabah bin Abdullah bin Sakhr رضي الله عنه215. Jabbar bin Umaiyah bin Sakhr رضي الله عنه216. Kharijah bin Humayyir al-Asyja’i رضي الله عنه217. Abdullah bin Humayyir al-Asyja’i رضي الله عنه218. Yazid bin al-Munzir bin Sahr رضي الله عنه219. Ma’qil bin al-Munzir bin Sahr رضي الله عنه220. Abdullah bin al-Nu’man bin Baldumah رضي الله عنه221. Al-Dhahlak bin Harithah bin Zaid رضي الله عنه222. Sawad bin Razni bin Zaid رضي الله عنه223. Ma’bad bin Qais bin Sakhr bin Haram رضي الله عنه224. Abdullah bin Qais bin Sakhr bin Haram رضي الله عنه225. Abdullah bin Abdi Manaf رضي الله عنه226. Jabir bin Abdullah bin Riab رضي الله عنه227. Khulaidah bin Qais bin al-Nu’man رضي الله عنه228. An-Nu’man bin Yasar رضي الله عنه229. Abu al-Munzir Yazid bin Amir رضي الله عنه230. Qutbah bin Amir bin Hadidah رضي الله عنه231. Sulaim bin Amru bin Hadidah رضي الله عنه232. Antarah maula Qutbah bin Amir رضي الله عنه233. Abbas bin Amir bin Adi رضي الله عنه234. Abul Yasar Ka’ab bin Amru bin Abbad رضي الله عنه235. Sahl bin Qais bin Abi Ka’ab bin al-Qais رضي الله عنه236. Amru bin Talqi bin Zaid bin Umaiyah رضي الله عنه237. Muaz bin Jabal bin Amru bin Aus رضي الله عنه238. Qais bin Mihshan bin Khalid رضي الله عنه239. Abu Khalid al-Harith bin Qais bin Khalid رضي الله عنه240. Jubair bin Iyas bin Khalid رضي الله عنه241. Abu Ubadah Sa’ad bin Uthman رضي الله عنه242. Uqbah bin Uthman bin Khaladah رضي الله عنه243. Ubadah bin Qais bin Amir bin Khalid رضي الله عنه244. As’ad bin Yazid bin al-Fakih رضي الله عنه245. Al-Fakih bin Bisyr رضي الله عنه246. Zakwan bin Abdu Qais bin Khaladah رضي الله عنه247. Muaz bin Ma’ish bin Qais bin Khaladah رضي الله عنه248. Aiz bin Ma’ish bin Qais bin Khaladah رضي الله عنه249. Mas’ud bin Qais bin Khaladah رضي الله عنه250. Rifa’ah bin Rafi’ bin al-Ajalan رضي الله عنه251. Khallad bin Rafi’ bin al-Ajalan رضي الله عنه252. Ubaid bin Yazid bin Amir bin al-Ajalan رضي الله عنه253. Ziyad bin Lubaid bin Tha’labah رضي الله عنه254. Khalid bin Qais bin al-Ajalan رضي الله عنه255. Rujailah bin Tha’labah bin Khalid رضي الله عنه256. Atiyyah bin Nuwairah bin Amir رضي الله عنه257. Khalifah bin Adi bin Amru رضي الله عنه258. Rafi’ bin al-Mu’alla bin Luzan رضي الله عنه259. Abu Ayyub bin Khalid al-Ansari رضي الله عنه260. Thabit bin Khalid bin al-Nu’man رضي الله عنه261. Umarah bin Hazmi bin Zaid رضي الله عنه262. Suraqah bin Ka’ab bin Abdul Uzza رضي الله عنه263. Suhail bin Rafi’ bin Abi Amru رضي الله عنه264. Adi bin Abi al-Zaghba’ al-Juhani رضي الله عنه265. Mas’ud bin Aus bin Zaid رضي الله عنه266. Abu Khuzaimah bin Aus bin Zaid رضي الله عنه267. Rafi’ bin al-Harith bin Sawad bin Zaid رضي الله عنه268. Auf bin al-Harith bin Rifa’ah رضي الله عنه269. Mu’awwaz bin al-Harith bin Rifa’ah رضي الله عنه270. Muaz bin al-Harith bin Rifa’ah رضي الله عنه271. An-Nu’man bin Amru bin Rifa’ah رضي الله عنه272. Abdullah bin Qais bin Khalid رضي الله عنه273. Wadi’ah bin Amru al-Juhani رضي الله عنه274. Ishmah al-Asyja’i رضي الله عنه275. Thabit bin Amru bin Zaid bin Adi رضي الله عنه276. Sahl bin Atik bin al-Nu’man رضي الله عنه277. Tha’labah bin Amru bin Mihshan رضي الله عنه278. Al-Harith bin al-Shimmah bin Amru رضي الله عنه279. Ubai bin Ka’ab bin Qais رضي الله عنه280. Anas bin Muaz bin Anas bin Qais رضي الله عنه281. Aus bin Thabit bin al-Munzir bin Haram رضي الله عنه282. Abu Syeikh bin Ubai bin Thabit رضي الله عنه283. Abu Tolhah bin Zaid bin Sahl رضي الله عنه284. Abu Syeikh Ubai bin Thabit رضي الله عنه285. Harithah bin Suraqah bin al-Harith رضي الله عنه286. Amru bin Tha’labah bin Wahb bin Adi رضي الله عنه287. Salit bin Qais bin Amru bin Atik رضي الله عنه288. Abu Salit bin Usairah bin Amru رضي الله عنه289. Thabit bin Khansa’ bin Amru bin Malik رضي الله عنه290. Amir bin Umaiyyah bin Zaid رضي الله عنه291. Muhriz bin Amir bin Malik رضي الله عنه292. Sawad bin Ghaziyyah رضي الله عنه293. Abu Zaid Qais bin Sakan رضي الله عنه294. Abul A’war bin al-Harith bin Zalim رضي الله عنه295. Sulaim bin Milhan رضي الله عنه296. Haram bin Milhan رضي الله عنه297. Qais bin Abi Sha’sha’ah رضي الله عنه298. Abdullah bin Ka’ab bin Amru رضي الله عنه299. Ishmah al-Asadi رضي الله عنه300. Abu Daud Umair bin Amir bin Malik رضي الله عنه301. Suraqah bin Amru bin Atiyyah رضي الله عنه302. Qais bin Mukhallad bin Tha’labah رضي الله عنه303. Al-Nu’man bin Abdi Amru bin Mas’ud رضي الله عنه304. Al-Dhahhak bin Abdi Amru رضي الله عنه305. Sulaim bin al-Harith bin Tha’labah رضي الله عنه306. Jabir bin Khalid bin Mas’ud رضي الله عنه307. Sa’ad bin Suhail bin Abdul Asyhal رضي الله عنه308. Ka’ab bin Zaid bin Qais رضي الله عنه309. Bujir bin Abi Bujir al-Abbasi رضي الله عنه310. Itban bin Malik bin Amru al-Ajalan رضي الله عنه311. Ismah bin al-Hushain bin Wabarah رضي الله عنه312. Hilal bin al-Mu’alla al-Khazraj رضي الله عنه313. Oleh bin Syuqrat رضي الله عنه khadam Nabi ﷺ Demikian ulasan singkat Perang Badar dan 313 nama-nama pejuang Ahlul Badar. Semoga Allah Ta'ala memberikan sebaik-baik balasan dan kedudukan terbaik untuk semua nama-nama Ahlul Badar. Mudah-mudahan kita juga mendapat bagian syafa'at para Syuhada Badar yang mulia صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمدrhs ahlul badar perang badar nabi muhammad saw rasulullah saw sejarah islam Artikel Terkini More 39 menit yang lalu 39 menit yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu
KomikAhad Perang Badar di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan.
Ahad 3 September 2017. Perang Badar dan kaitannya dengan Ramadan ARKIB : 10/10/2006. Oleh: DR. ZULKIFLI MOHAMAD ALBAKRI. PADA 17 Ramadan berlaku peristiwa yang bersejarah dalam sirah Rasulullah s.a.w iaitu Perang Badar pada tahun 2 Hijrah di Kota Badar. Pertembungan itu adalah antara hak dan batil iaitu Rasulullah dan sahabatnya seramai 313 Sebabatau Tujuan Peperangan termasuk rumah ibadat – kecuali dalam keadaan. Menurut Islam: darurat. a) Mempertahankan diri dan hak. iv. Tidak boleh memerangi musuh yang sudah. menyerah, kafir zimmi, kafir Mu’ahad dan kafir. b) Mempertahankan kemuliaan Musta’man. agama. Larangan memerangi musuh yang tiada gaya dan.
.